MENGGAPAI MIMPI INDONESIA (Essai)
Tak
ada kesah, apalagi lelah tuk mencederai negeri ini. Kemajuan peradaban yang
menusuk, seringkali membuat keegoisan merasuk. Merampas segala mimpi, serta
angan Ibu pertiwi.
Layaknya mentari yang memantulkan cahaya kelam, sampah menjadi salah satu permasalahan yang telah
mematahkan sayap-sayap harapan. Keelokan Sang Pertiwi yang selalu di banggakan,
terkubur di atas sampah yang saling bertumpukan. Kompleksitas kebutuhan hidup
dan sifat hedonisme yang meletup, menjadikan masyarakat Indonesia kini mudah
mengeluarkan sampah. Juga lebih mudah untuk semena-mena membuangnya. Hingga
menimbulkan pencemaran dimana-mana. Hal ini didasari karena kurangnya edukasi
serta kesadaran diri untuk menjaga dan merawat lingkungan di negeri sendiri.
Tak jauh dari tempat
saya tinggal, kondisi selokan, sungai hingga pesisir pantai tak lagi jernih,
mereka telah tercemar oleh sampah. Sampah tersebut sebagian besar berasal dari limbah
rumah tangga seperti plastik, yang dimana plastik sendiri membutuhkan waktu 500
hingga 1000 tahun agar dapat terurai.Selain itu juga, menurut data Direktorat
Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, ternyata ada 52 dari
100 aliran sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Hal ini tentu menjadi permasalahan
serius bagi bangsa Indonesia. Jika pencemaran masih saja terus dilakukan,
kualitas negeri ini akan menurun. Sang pertiwi tentu saja akan tenggelam dalam
kecewa dan luka, karena penduduknya tak lagi setia menjaga amanah.
Ada
asa yang harus digapai, ada jiwa ibunda yang harus dijaga. Ya, prinsip tersebut
harusnya ditanamkan pada diri masing masing masyarakat Indonesia, terutama kita
para generasi mudanya. Pemuda adalah harapan bangsa. Masa depan Indonesia ada
dalam genggamannya. Banyak pemuda yang belum menyadari akan
perannya sebagai agen perubahan. Mereka hanya duduk dan berpangku tangan
melihat negeri ini tenggelam dalam lautan sampah. Lakukan sesuai porsi yang
kita bisa. Hal tersebut cukup
dimulai dengan menerapkan gerakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan
sehari-hari. Nantinya, keluarga, sahabat, dan orang sekitar akan turut
melakukan hal yang sama. Dengan begitu, kita telah
menyelamatkan lingkungan dan menciptakan peluang. Kalau bukan dimulai dari
kita, siapa lagi.
Komentar
Posting Komentar