Menjadi Santri?

Januari 2019

Assalamualaikum readers (acielah hehe)..
Disini aku mau sharing aja tentang ceritaku saat mengikuti program karantina tahfidz setahun lalu di Kuningan. Sebelumnya aku ingin mengucapkan Terima Kasih pada sahabatku di kamar 123 juga tidak lupa halaqah ustadzah Silva yang saat ini sangat aku rindukan. Banyak sekali yang kudapat dari kalian. Mulai dari ilmu hingga pengalaman yang mengagumkan. Aku tahu dan paham betul bahwa kalian bukan orang-orang biasa. Maka aku berkeinginan untuk membagikannya pada teman-teman pembaca.
Dari kisah mereka yang hebat dan pelajaran yang kutuai akan aku paparkan dalam sebuah penjelasan yang mudah untuk dapat kalian nikmati. Semoga tidak membosankan ya. Jadi ini hikmah yang dapat aku tuliskan untuk kemudian bisa kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari:

Desember 2018

Malam itu seperti biasa, Fia selalu menjadi orang yang kembali ke kamar terakhir, setelah seharian penuh secara intensif dan kontinu menghafal sedari jam 3 Shubuh sampai jam 9 Malam. Sambil merenggangkan badan yang letih, dia biasanya berwudhu dulu sebelum tidur. Membersihkan seluruh badan, lalu menarik selimut menutupi seluruh badannya."Fatimah, belum tidur?" kalimatnya membuatku terkejut. Dia tahu bahwa aku masih terjaga dibalik selimut pula. "Belum, nunggu kamu balik hehe" sahutku pelan, padahal saat itu aku memang belum bisa tidur. "Tadi dapet berapa halaman setorannya?" tanyaku. "Alhamdulillah, nambah banyak daripada sebelumnya, Fat! Doakan yah" tuturnya dengan sumringah. "Tentu, bakal ikut aku doain. InsyaAllah" kataku.

Hampir satu menit lamanya kami terdiam, bergelut dengan pikiran masing-masing sebelum melepas ruh ke tempat singgah yang lain. Aku berinisiatif untuk bertanya padanya lagi, karena aku tahu dia belum tidur. "Fia, kenapa kamu mau ikut Karantina." Dia menatapku dengan tatapan syahdu. Melihatnya yang seperti itu aku mulai berpikir, apakah pertanyaanku salah? "Fat aku berjuang seperti ini, agar kelak aku bisa dikenal oleh Allah sebagai seseorang yang pernah BERUSAHA MENGHAFAL AL-QUR'AN DAN MEMPELAJARINYA. Hanya itu yang mungkin bisa aku banggakan kelak di hadapan Allah Fat." Aku menangis perlahan di ujung katanya dan terdiam. Sungguh, diri dan jiwa ini sempurna terpukul telak. Tertampar tepat di ulu hati. Terbayang selama ini ambisi-ambisi duniawi yang dikejar dan diharap mati-matian.

Dilain sisi, aku ingin kenal lebih dekat dengannya, aku terus mencari cara agar bisa mengenalnya. "Fia, mmm, gimana rasanya jadi santri SMA?" tanyaku seolah berusaha mengganti topik. "Kalo di pesantren Fat, bukan cuma jurusan MIPA/IIS tapi juga berjurusan Akhirat. Bukan cuma ngafal Biologi atau Sejarah tapi juga ngafal Al-Qur'an tiap pagi. Bukan cuma berpusing-pusing ngerjain Fisika, Kimia, Biologi, atau Matematika aja, tapi kami juga berpusing-pusing buat berfikir gimana cara kami menjadi pendakwah untuk memperbaiki negeri ini. Kamu tau Fat? ga ada waktu buat santri pergi nonton bioskop, soalnya waktu luang kami dihabisin buat mengkaji hadist dan pelajaran Fiqih buat bekal hidup nanti." Mendengar jawabannya aku ingin menumpahkan segala tangis yang terbendung. "Bagi kami seorang santri, ada kebanggaan tersendiri tau Fat. Kami diajarkan untuk selalu menundukkan diri dari dunia yang fana. Menutup mata atas semua kejamnya pergaulan bebas diluar sana." lanjutnya dengan nada lirih untuk mennghargai teman-teman lain di kamar yang sudah terlelap. "Kalo di sekolah negeri gimana Fat?" tanyanya. "Iya, gitu Fia. Harus pandai-pandai nyari temen buat bisa saling ngingetin akhirat." Tak ada lagi kata yang mampu kuucapkan untuk merespon apa yang baru saja dia ucapkan. Begitu halus Allah menyindir hambanya yang pelupa ini.
____

Malam hari itu adalah malam terbaik sepanjang tahun 2018. Aku ingin mengambil kesimpulan dari semua ini. Siapapun kamu, jangan pernah menyesal karena menjadi santri. Banyak aku temui keluh kesah di luar sana, mereka tertekan akan kehidupan pondok pesantren. Aku mohon, jangan pernah menyesal dan bersedih karena terpenjara dibalik jeruji pendidikan. Penjara suci sebuah pesantren. Kau akan menemukan banyak makna hidup yang berbeda dan mendalam. Kamu tentu kenal Mohammad hatta, kamu tentu kenal Buya Hamka, dan kamu tentu kenal banyak orang orang hebat mereka terpenjara dalam kurungan ilmu yang berguna dengan kisahnya masing-masing. Semakin 'terpenjara' semakin hebat ia berbagi dan bermanfaat bagi sesama.


"Kamu akan dihargai karena gagasanmu, kualitasmu, dan kompetensimu. Bukan masalah kamu lulusan sekolah negeri favorit atau bukan. Lebih membanggakan lagi kamu dapat menjadi berbeda dengan cara pandang masyarakat. Suatu hal yang tidak banyak dipikirkan orang lain, tapi kamu melakukannya."





Komentar

Postingan Populer

TENTANG SAYA

TENTANG SAYA
adalah ia yang memiliki seribu mimpi untuk diwujudkan